Blog ini untuk menyimpan karya-karya yang bermanfaat untuk diri penulis dan juga untuk orang lain
Senin, 22 Maret 2021
Senin, 08 Maret 2021
Pembelajaran Sosial dan Emosional
2.2.a.9. Koneksi Antar Materi -
Pembelajaran Sosial dan Emosional
Pembelajaran Sosial dan Emosional
Oleh
I Gede Joniarta_CGP Kab. Badung
Link : https://youtu.be/aJntjJ92vck
Pembelajaran Sosial dan Emosional
adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas
sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah
memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai
aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk :
1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi, 2) menetapkan
dan mencapai tujuan positif, 3)merasakan dan menunjukkan empati kepada orang
lain, 4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif, serta 5) membuat keputusan yang bertanggung
jawab.
Pembelajaran sosial dan emosional
dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup: 1. Rutin: pada saat kondisi yang
sudah ditentukan di luar waktu belajar akademik, misalnya kegiatan lingkaran
pagi (circle time), kegiatan membaca setelah jam makan siang 2. Terintegrasi
dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah
topik pembelajaran, membuat diskusi kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan
masalah, dll. 3. Protokol: menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah
menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau
sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu.
Misalnya, menyelesaikan konflik yang terjadi dengan membicarakannya tanpa
kekerasan, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, dll.
Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE)
adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah
sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka
menjadi orang yang baik. PSE mencoba untuk memberikan keseimbangan pada
individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat
menjadi sukses. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua
dalam pembelajaran sehingga anak-anak dapat belajar menempatkan diri secara
efektif dalam konteks lingkungan dan dunia. Pandangan kuno menyatakan bahwa
pengetahuan adalah informasi yang dapat ditransfer ke otak seperti jenis
perlengkapan mesin mekanis. Yang benar adalah, pengetahuan bersifat
konstruktif; yang benar adalah semua proses pembelajaran bersifat relasional;
yang benar adalah emosi menarik perhatian, dan perhatian mendorong terjadinya
proses belajar.
PSE adalah mengenai bagaimana kita
menjalankan sekolah. Pembelajaran social emosional adalah tentang pengalaman
apa yang akan dialami siswa, apa yang dipelajari siswa dan bagaimana guru
mengajar. Kita dapat merancang bagaimana sekolah dan ruangan kelasnya,
bagaimana waktu belajar, ruang-ruangan yang ada di sekolah, hubungan dengan
komunitas sekolah dan keluarga dan yang lainnya sebagai tempat pertukaran
pengetahuan, pengetahuan tentang dunia; pengetahuan tentang diri sendiri dan
pengetahuan tentang orang lain yang berinteraksi dengan kita.
Pengalaman-pengalaman tersebut membantu membentuk bagaimana siswa memahami diri
mereka sendiri dan orang lain. Dengan demikian kita berbicara tentang anak
secara utuh. Apakah anak kita memiliki kesadaran diri, apakah mereka memiliki
pemahaman kesadaran sosial, apakah mereka mampu mengambil keputusan yang baik
dan bertanggung jawab. Baru setelah itu, kita membahas mengenai konteks
akademis dan semua keterampilan-keterampilan penting yang kita butuhkan untuk
dapat berhasil dalam hidup. Anak belajar saat hati mereka terbuka, terhubung
dengan lingkungan sekitar serta adanya tujuan. Belajar adalah keajaiban.
Melalui pembelajaran sosial-emosional, kita menciptakan kondisi yang
mengizinkan semua anak mengakses keajaiban tersebut.
Pembelajaran
Sosial dan Emosional berbasis Kesadaran Penuh (Mindfulness Based Social
Emotional Learning). Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar
sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan, atau dalam situasi yang menghendaki
perhatian yang penuh. Misalnya, seorang anak yang terlihat asyik bermain peran
dengan menggunakan boneka tanpa terganggu oleh suara sekitarnya, murid yang
sedang memainkan musik, menikmati alur cerita dalam bacaan, menikmati segelas
teh hangat, atau menikmati pemandangan matahari terbenam, atau guru yang sedang
mendengarkan murid dengan penuh perhatian. Intinya adalah adanya perhatian yang
dilakukan secara sadar dengan dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan. Latihan
berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi
siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan
optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua. Latihan
tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya,
mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, melakukan
berbagai kegiatan literasi, mencintai alam, berolah-seni maupun berolahraga,
dan lain sebagainya.
Kesadaran penuh (mindfulness) dapat
dilatih dan ditumbuhkan melalui berbagai kegiatan. Artinya, kita dapat melatih
kemampuan untuk memberikan perhatian yang berkualitas pada apa yang kita
lakukan. Kegiatan-kegiatan seperti latihan menyadari nafas (mindful breathing);
latihan bergerak sadar (mindful movement), yaitu bergerak yang disertai
kesadaran tentang intensi dan tujuan gerakan; latihan berjalan sadar (mindful
walking) dengan menyadari gerakan tubuh saat berjalan, dan berbagai kegiatan
sehari-hari yang mengasah indera (sharpening the senses) dengan melibatkan
mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di ujung jari, dan sensori peraba
kita. Kegiatan-kegiatan di atas seperti bernapas dengan sadar, bergerak dengan
sadar, berjalan dengan sadar dan menyadari seluruh tubuh dengan sadar dapat
diawali dengan cara yang paling sederhana yaitu dengan menyadari nafas. Penjelasan lebih lanjut tentang pembelajaran
Sosial emosional dapat di simak disini