ELABORASI
PARADIGMA INKUIRI APRESIATIF DALAM KONTEK PERUBAHAN DI SEKOLAH MENUJU MURID
MERDEKA BELAJAR
Oleh
:
I
GEDE JONIARTA_CGP KAB. BADUNG
Sekolah idaman
adalah sekolah yang mampu memberikan rasa aman, nyaman dan bermakna bagi murid.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan perubahan yang mendasar dan
upaya yang konsisten. Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa
perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin
sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya
sekolah. Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak
mungkin. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia melawan arus
naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat manusiawi.
Perubahan yang
positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat
gradual. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, guru penggerak hendaknya terus
berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain
yang berada di bawah pengaruhnya untuk menjalani proses bersama-sama. Hal ini
perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi
sekolah. Oleh karena itulah informasi tentang BAGJA sangat perlu dipahami
terlebih dahulu.
Untuk dapat
menerapkan paradigma BAGJA ini maka seorang guru penggerak harus mengetahui
informasi penting terkait dengan budaya dan ekosistem sekolah yang sudah
berlangsung dan perlu dipertahankan dan dikembangkan dengan pendekatan Inkuiri
Apresiatif. Pendekatan ini menggunakan prisip-prinsip psikologi positif dan
pendidikan positif. Artinya bahwa hal-hal positif yang ada dalam sistem
pendidikan diidentifikasi dan ditindaklanjuti untuk melangkah ke hal positif
atau perubahan yang lebih baik. Hal positif itu merupakan sebuah kekuatan yang
dijalankan dalam suasana positif dan apresiatif.
Ada lima langkah
utama dalam pendekatan Inkuri Apresiatif yang dibuat akronim dalam
bentuk BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan
Rencana, Atur Eksekusi). BAGJA sendiri artinya dalam bahasa Sunda adalah
bahagia. Langkah pertama dalam BAGJA adalah membuat pertanyaan. Satu pertanyaan
utama yang kita buat adalah arah penentu penelusuran, penyelidikan, penelitian
terkait perubahan yang kita inginkan. Setelah pertanyaan utama disepakati maka
langkah berikutnya adalah Ambil pelajaran ini. Bagian ini akan menuntun kita
mengambil pelajaran dari pengalaman positif individu, kelompok baik dala unsur
yang berbeda maupun sama. tahapan berikutnya adalah Gali mimpi bersama.
Komunitas akan menggalai suatu keadaan ideal yang diinginkan yang akan dibuat
dalam bentuk narasi. setelah tahap ini, anggota komunitas akan menjabarkan
rencana-rencana untuk mencapai gambaran yang diinginkan agar lebih kongkrit.
Selanjutnya adalah tahap Atur eksekusi. Tahap ini menggambarkan transpormasi
rencana menjadi nyata. Oleh karena itu diperlukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat membantu memutuskan peran dan kesepakatan-kesepakatan pelaksanaan seperti
pihak-pihak yang terlibat, dalam proses mengkomunikasi, monitoring dan evaluasinya.
Menurut
Ki Hajar Dewantara, dalam pembelajaran hendaknya para pendidik harus selalu
memperhatikan kodrat alam dan kodrat
zaman muridnya. Kodrat alam itu sendiri
mengandung arti bahwa manusia adalah bagian dari alam dan tunduk
terhadap hukum alam. Dalam pembelajaran para pendidik haruslah menyadari hal
ini. Bahwa setiap anak yang ada di kelas adalah unik dan memiliki kelebihan dan
kekurangannya sendiri. Pendidik hanya hanya dapat menuntunya sesuai dengan
pernytaan pernyataan Beliau bahwa: “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai
kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat
itu”.
Kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya
atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan
dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu. Dari konsepsi tersebut dapat diambil jabarkan
bahwa dalam pendidikan guru haruslah : a) menempatkan anak didik sebagai pusat
pendidikan, b) memandang pendidikan sebagai suatu proses yang dengan demikian
bersifat dinamis, dan c) mengutamakan keseimbangan antar cipta, rasa, dan karsa
dalam diri anak.
Pendidikan
adalah tempat bersemayam benih- benih kebudayaan. Inilah Keinginan yang kuat
dari Ki Hajar Dewantara untuk generasi bangsa ini dan mengingatkan kita betapa
pentingnya guru yang memiliki kelimpahan mentalitas, moralitas dan
spiritualitas. Kegiatan yang akan dilakukan agar proses pembelajaran yang
mencerminkan pemikiran KHD dapat terwujud adalah menerapkan Merdeka belajar
yang berorientasi pada siswa atau peserta didik melalui pendekatan pendidikan yang
holistik. Pendidikan holistik adalah pendidikan untuk membangun tumbuh kembang
peserta didik dengan mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri peserta
didik secara seimbang, meliputi intelektual, emosi, fisik, sosial, seni dan
potensi spiritualnya seiring sejalan dalam sebuah harmoni. Dari konsep
pemikiran KHD tersebut, sebagai Implementasi Pembelajaran Budaya Lokal sesuai
dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang sudah perlu diterapkan antara lain;
penanaman nilai karakter seperti sebelum pembelajaran dimulai, kelas harus
dibuat nyaman dengan penataan kelas yang menyenangkan dan bebas dari sampah
serta merespon keinginan siswa belajar di kelas terbuka.
Dengan demikian, Implementasi Pembelajaran
dan proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah
proses pembelajaran yang dilakukan bukan saja semata-mata agar anak bisa
bersekolah, ujian hasilnya baik dan lain-lain tetapi juga suatu proses
pembelajaran dan pekerjaan yang menjadikan anak bangsa menjemput peradaban itu
yaitu perpaduan antara value substantif yang terkandung dalam nilai pendidikan
dan kebudayaan. Dan bagian yang berperan dari paradigma Inkuiri Apresiatif yang
berkaitan dengan dua pernyataan KHD adalah bagian Ambil pelajaran. Dalam bagian ini, pelajaran yang bisa diambil
adalah bahwa kodrat alam dari anak akan menjadikan anak itu sebagai anak yang
UNIK. Selanjutnya bagian Gali Mimpi. Ini
adalah bagian dimana seorang guru akan membawa anak-anaknya ke suatu tujuan.
Diikuti denga bagian Jabarkan Rencana
dan Atur Eksekusi. Melalui proses
inilah kita selaku pendidik dapat mewujudkan dua poin dari KHD menuju murid
merdeka belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar