KELANGSUNGAN
HIDUP ORGANISME
MATERI
PEMBELAJARAN
Kelangsungan hidup organisme terlihat dari kenyataan
tetap lestarinya jenis organisme melalui suatu proses yang disebut dengan
adaptasi, seleksi alam dan perkembangbiakan ( reproduksi). Kemampuan dan strategi organisme dalam mempertahankan
hidupnya berbeda-beda. Ada
organisme yang mempunyai keturunan dalam jumlah yang banyak, ada pula yang
mempunyai keturan dalam jumlah sedikit. Ada
organisme yang selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, meskipun
kondisi dan suasana lingkungan tempat tinggalnya selalu berubah. Tetapi ada
pula yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan tersebut.
Dengan terjadi fenomena perubahan lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa alam
melakukan seleksi yang ketat terhadap setiap oeganisme di muka bumi ini ( Natural
selection ).
A. Adaptasi Mahluk Hidup Terhadap Lingkungannya
Habitat adalah tempat hidup suatu makhluk hudup.
Makhluk hidup yang sudah terbiasa dengan habitatnya, sangat sulit untuk
dipindahkan ke habitat lain yang keadaannya jauh berbeda dengan habitat
aslinya. Namun tidaklah semua mahkluk hidup seperti itu. Ada pengecualian pada beberapa tumbuhan.
Misalnya tumbuhan kaktus yang memiliki habitat asli di daerah gurun masih dapat
hidup di daerah lain yang memiliki kondisi sangat berbeda dengan keadaan gurun.
Hal ini disebut preadaptasi.
Dalam hal kemampuannya beradaptasi, manusia merupakan
makhluk yang paling eksis. Hal ini
terjadi semata-mata karena manusia memiliki akal dan pikiran yang dapat
digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menciptakan
suatu alat yang digunakan untuk melindungi dirinya dari kondisi lingkungan yang
buruk, dan mengubah situasi lingkungannya agar lebih sesuai untuk dirinya.
Suatu mahluk hidup mampu beradaptasi dengan
lingkungannya maka makhluk hidup tersebut berkesempatan untuk berkembang biak
sehingga bisa melestarikan jenisnya, bagi yang tidak bisa maka makhluk hidup
tersebut terancam kepunahan.
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup / organisme
untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau tempat hidupnya ( habitat ). Adaptasi dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu :
1.
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh
atau alat-alat tubuh terhadap lingkungannya. Adaptasi ini terjadi pada
hewan dan tumbuhan serta mudah diamati. Contoh bentuk paruh dan kaki burung,
bentuk daun serta bnetuk akar pada tumbuhan.
a.
Paruh bebek, disesuaikan dengan jenis
makanan. Pada bagian pangkalnya memiliki struktur seperti sisir yang berguna
untuk memegang serat makanannya yang licin seperti ikan dan katak dan untuk
menyaring makanan dari air dan lumpur.
b.
Kaki bebek, mempunyai selaput renang
yang terletak di celah-celah jari-jari kakinya. Bentuk ini disesuaikan dengan
lingkungan yang berlumpur sehingga bebek dapat berjalan di atas lumpur.
c.
Paruh burung kolibri, bentukknya kecil,
runcing, dan panjang sesuai untuk menghisap madu yang ada pada bunga.
d.
Paruh burung kakak tua, bentukknya
disesuaikan dengan jenis makanannya yang berupa biji-bijian dan
kacang-kacangan.
e.
Kaki burung kakak tua, memiliki dua jari
di depan dan dua jari di belakang untuk menyesuaikan dengan kebiasaannya
memanjat.
f.
Paruh burung elang, berbentuk runcing
dan agak panjang, untuk mengoyak makanannya yang liat yang berupa daging
g.
Kaki burung elang, ukurannya pendek dan bercakar sangat
tajam . Apabila sedang mencekaram mangsa atau daging, jari depannya dapat
diputar ke belakang
h.
Paruh ayam dan burung pipit, bentukknya pendek dan runcing untuk
menyesuaikan dengan makanannya yang berupa biji-bijian.
i.
Kaki burung pipit, mempunyai jari-jari
yang panjang. Semua jari terletak pada satu bidang yang datar sehingga burung
pipit dapat hinggap di ranting-ranting pohon.
j.
Kaki ayam, bentukknya panjang dan tegap. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan ayam
yang berjalan di darat.
k.
Paruh burung poksai, paruhnya agak terbuka disesuaikan jenis
makannya yang berupa serangga.
l.
Paruh burung pelican, ujung paruhnya
bagian atas melengkung dan paruh bawwahnya mempunyai kantong lemak, yang
berfungsi untuk memasukkan ikan yang ditangkap supaya tidak bisa lolos.
Adaptasi morfologi juga terjadi pada serangga. Bagian
mulut serangga beradaptasi dengan jenis makanannya. Contohnya adalah sebagai berikut :
·
Kupu-kupu memiliki alat mulut
penghisap yang disebut proboscis
·
Nyamuk
memiliki alat mulut penusuk dan penghisap
·
Lipan
dan belalang memiliki alat mulut penggigit
·
Kecoak memiliki alat mulut
pengunyah dan penggigit
Tumbuhan juga melakukan adaptasi morfologi pada bentuk
daun, batang, bunga, dan bijinya. Tumbuhan yang hidup di daerah kering disebut
tumbuhan xerofit, contoh tanaman
kaktus dan kurma. Tumbuhan ini
memiliki ciri sebagai berikut :
·
Berdaun tebal, kecil dan
sempit, berlapis lilin ( kutikula ), untuk mengurangi penguapan
·
Batang berdaging tebal, untuk
menyimpan cadangan air
·
Akarnya
panjang dan lebat, untuk menjangkau air yang jauh
Tumbuhan yang hidup pada tanah yang lembab atau basah
disebut tumbuhan higrofit. Contoh
tanaman keladi dan beberapa tumbuhan paku. Tumbuhan ini memiliki cirri sebagai
berikut :
·
Berdaun lebar dan tipis,
terutama untuk mempercepat proses penguapan air melalui daun
Tanaman yang hidup di lingkngan air disebut hidrofit. Contoh bunga teratai dan enceng gondok. Tumbuhan ini memiliki batang berongga untuk saluran udara
2.
Adaptasi fisiologi, adalah penyesuaian diri berupa perubahan proses fisiologi dalam
tubuh makhluk hidup untuk menyesuaikan diri
terhadap keadaan lingkungannya. Adaptasi fisiologi pada tumbuhan
misalnya dengan mengeluarkan bau yang khas yang dihasilkan oleh bunga, akar dan
daun tumbuhan atau berupa nektar yang
dihasilkan oleh bunga Biasanya bau khas tersebut dimaksudkan untuk mengundang
hewan agar datang kepadanya, supaya proses penyerbukan dapat berlangsung.
Adaptasi fisiologi pada hewan lebih beraneka ragam
sesuai dengan jenis hewan dan habitatnya. Contoh adaptasi fisiologi pada hewan
adalah osmoregulasi pada ikan dan
adanya enzim selulase pada system pencernaan hewan herbivore.
Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmosis. Tekanan osmosis adalah tekanan
yang dihasilkan oleh suatu zat yang terlarut dalam air dan mengakibatkan air
dapat menembus suatu membran tipis. Kadar garam ikan yang hidup di air laut lebih rendah dibandingkan dengan
kadar garam air laut. Ini berarti tekanan osmosis tubuh ikan lebih rendah dari
tekanan osmosis air laut. Sehingga air yang berada pada tubuh ikan dapat keluar
melalui membran tipis yang ada di insang. Akibatnya ikan air laut dapat
kehilangan air. Untuk mengatasi hal tersebut ikan melakukan adaptasi fisiologi
dengan pengaturan osmoregulasi melalui kegiatan “banyak minum, jarang kencing”. Demikian pula sebaliknya pada ikan
air tawar. Untuk menyeimbangkan tekanan osmosis di dalam tubuh ikan air tawar
yang memiliki tekanan osmosis yang lebih tinggi dari air tawar sebagai tempat
hidupnya, maka ikan air tawar melakukan usaha penyeimbangan tekanan osmosis
dengan “jarang minum, banyak kecing”.
Hewan pemakan pemakan tumbuhan ( Herbivora ) melakukan adaptasi fisiologi terhadap jenis makanannya.
Makanan yang berupa tumbuhan jauh lebih sulit dicerna dibandingkan dengan
makanan yang berasal dari daging, karena dinding sel tumbuhan tersusun atas
selulosa yang tebal dan kuat. Oleh karena itu diperlukan suatu saluran
pencernaan yang lebih panjang dibandingkan dengan saluran pencernaan hewan
karnivora. Usus herbivora juga menghasilakan enzim selulase yang berfungsi
untuk mencerna serat tumbuhan.
Toredo navalis yang
dikenal dengan nama cacing pengebor memiliki enzim pencernaan khusus yang dapat mencerna kayu.
Cacing tersebut biasanya hidup di kapal atau galangan kapal di lautan, sehingga
kapal menjadi rusak.
Pada manusia, adaptasi
fisiologi terjadi misalnya pada orang-orang yang tinggal di daerah pegunungan
mempunyai jumlah eritrosit yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan
orang-orang yang tinggal di dataran rendah, hal ini brtujuan untuk mengatasi
kekurangan jumlah oksigen yang berhasil masuk ke dalam tubuh. Contoh lain dari
adaptasi fisiologi pada tubuh manusia adalah adanya pergantian sistem kerja
dalam sistem ekskresi. Pada waktu suhu udara meningkat, alat ekskresi yang
aktif pada tubuh manusia adalah kulit. Pada waktu suhu rendah, alat ekskresi
yang lebih aktif adalah ginjal.
3.
Adaptasi Tingkah laku, merupakan cara makhluk hidup untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya melalui tingkah laku atau perilakunya. Adaptasi hewan darat dan hewan air
dapat diamati dengan mudah.
Adaptasi tingkah laku dapat
dijumpai pada hewan mamalia. Semua mamalia bernafas dengan paru-paru. Paus
termasuk mamalia. Untuk mendapatkan oksigen dalam jumlah yang memadai,
kerapkali paus muncul ke permukaan air secara periodik. Hal ini dilakukan karena
paru-paru tidak dapat mengambil oksigen yang larut di dalam air seperti hal
dengan insang.
Beberapa contoh adaptasi
tingkah laku yang terjadi pada makhluk hidup :
- Cecak memutuskan ekornya apabila menghadapi bahaya
- Bunglon dapat mengubah warna kulitnya untuk menghindari musuh
- Daun alang-alang menggulung apabila udara sangat panas
- Badak, gajah, dan kerbau suka berkubang apabila udara sangat panas
- Beberapa jenis hewan melakukan istirahat (tidur panjang) disebut dormansi ( pada musim dingin disebut hibernasi, yang terjadi pada ular, beruang kura-kura). Sedangkan pada musim panas disebut estivasi, terjadi pada siput, bekicot, cacing tanah, jahe, bakung dan rerumputan.
- Rayap sering memakan kelupasan kulitnya untuk mendapatkan flagellata kembali agar di dalam pencernaannya dihasilkan enzim selulosa.
- Pohon jati menggugurkan daunnya pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan daunnya tumbuh dengan lebat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi organisme
di lingkungan air
- Kadar garam ( salinitas)
2.
Suhu ( Temperatur)
3.
Intensitas cahaya
4.
Arus air
5.
Kandungan
oksigen terlarut ( Dissolve oxygen )
6.
BOD ( Biological Oxygen Demand )
Faktor yang mempengaruhi adaptasi organisme di
lingkungan darat
1. Persediaan air 4.
Keadaan tanah
2. Suhu 5.
Cahaya
3. Kelembaban 6.
Cuaca/iklim
Perilaku adaptif, adalah perilaku khusus dalam kehidupan hewan yang berakibat bahwa
kehidupan menjadi bagian penting dalam warisan evolusioner bagi spesies yang
bersangkutan. Yang mempengaruhi perilaku adaftif hewan adalah perilaku makan,
perilaku mempertahankan diri, dan perilaku reproduksi.
B.
Seleksi Alam
M
|
akhluk
hidup di muka bumi ini harus terus berjuang untuk mempertahankan hidupnya.
Diantara sesama makhluk hidup dalam satu lingkungan pasti akan terjadi
persaingan terutama dalam hal mencari makanan, tempat tinggal, dan mencari
pasangan. Persaingan itu dikenal dengan
istilah kompetisi. Dalam persaingan tersebut tentunya pasti ada yang
mengalami kematian, namun ada pula yang bertahan hidup. Yang mampu bertahan
hidup merupakan suatu proses alami yang menunjukkan bahwa makhluk hidup yang
bersangkutan mampu mengatasi faktor-faktor pembatas yang ada pada
lingkungannnya. Dengan adanya kompetisi dan faktor-faktor pembatas tersebut,
seolah-olah alam mengadakan seleksi terhadap semua mahluk hidup yang ada di
dalamnya. Makhluk hidup yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat
tetap hidup, sedangkan yang tidak mampu menyesuaikan diri, akan mati. Lama –
kelamaan karena terus tidak dapat menyesuaikan diri, hewan yang bersangkutan dapat
mengalami kepunahan dari muka bumi.
Seleksi
alam adalah proses kelulus hidupan suatu organisme dalam
perubahan-perubahan yang tewrjadi di alam. Alam melalui berbagai perubahan
cuaca dan kondisinya melakukan seleksi terhadap organisme yang hidup di dalamnya.
Proses perubahan akibat seleksi alam berlangsung sedikit demi
sedikitdalamjangka waktu yang sangat lama, sehingga terbentuk spesies baru yang
sesuai dengan situasi dan kondisi pada lingkungannya yang baru. Peristiwa
perubahan ini disebut dengan evolusi.
Setiap perubahan yang terjadi selama proses evolusi, akan diwariskan kepada
keturunannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi seleksi alam antara lain :
perubahan iklim yang sangat ekstrim, bencana alam, ketersediaan makanan,
persaingan/kompetisi, faktor lingkungan.
C.
Perkembangbiakan Organisme
Berkembang biak merupakan upaya
organisme untuk memperbanyak diri dan mempertahankan / melesterikan jenisnya. Makhluk
hidup yang sudah mencapai tingkat kedewasaan, pada umumnya siap dan mampu
berkembang biak. Makhluk hidup yang demikian dikatakan fertil atau subur. Perkembang biakan makhluk hidup ada yang melalui
perkawinan dan ada pula yang tanpa melalui perkawinan.
Pada dasarnya perkembangbiakan dapat
dibedakan menjadi perkembangbiakan generatif ( secara kawin ) dan
perkembangbiakan vegetatif ( secara
tidak kawin ). Perkembangbiakan generatif
adalah perkembangbiakan yang ditandai dengan adanya peleburan sel-sel kelamin
yaitu sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Sel kelamin jantan dihasilkan oleh induk jantan
sedangkan sel kelamin betina dihasilkan oleh induk betina. Setiap sel kelamin
membawa sifat-sifat induknya, maka setiap anak (individu) baru yang dihasilkan
mempunyai sifat yang berbeda dengan kedua induknya.
Perkembangbiakan secara vegetatif adalah perkembangbiakan yang
terjadi tanpa adanya peleburan gamet jantan dengan gamet betina. Individu yang
dihasilkan berasal dari bagian tubuh tumbuhan, sehingga sifat yang dimiliki
oleh anak (individu) baru akan sama dengan induknya. Contoh : membelah diri,
tunas adventif, merunduk, mencangkok, menempel, stek.
Makhluk hidup dapat tetap
lestari dengan berkembang biak. Bahkan cendrung semakin banyak. Kemampuan makhluk hidup menghasilkan jumlah
keturunan dalam suatu waktu tertentu disebut tingkat reproduksi. Makhluk hidup yang mampu menghasilkan jumlah
keturunan yang sedikit dalam jangka
waktu yang lama, dikatakan memiliki tingkat reproduksi yang rendah. Makhluk
hidup yang mampu menghasilkan jumlah keturunan yang banyak dalam waktu yang
singkat dikatakan memiliki tingkat reproduksi yang tinggi. Contoh, ikan, tikus,
ayam.
Adanya perbedaan tingkat
reproduksi, menyebabkan makhluk hidup di muka bumi dapat mengalami perubahan
jumlah. Makhluk hidup yang memiliki tingkat reproduksi rendah dapat menyebabkan
makhluk tersebut menjadi semakin langaka dan pada akhirnya dapat mengalami
kepunahan.
Faktor lain yang menyebabkan banyaknya jenis makhluk hidup yang terancam
punah adalah rusaknya habitat makhluk hidup tersebut dan perburuan oleh
manusia. Contoh hewan yang habitatnya rusak adalah panda di Cina, sedangkan
jenis-jenis hewan yang semakin langka karena diburu oleh manusia, antara lain :
·
Gajah dibunuh untuk diambil gadingnya.
·
Burung cendrawasih ditangkap
untuk dijual
·
Harimau ditembak dan diambil
kulitnya untuk dijadikan pakaian dan hiasan.
·
Rusa ditembak untuk dimakan
dagingnya
Perburuan oleh
manusia yang sangat berbahaya dapat
terjadi oleh karena ada yang masih percaya dengan suatu mitos, misalnya bahwa
cula badak mempunyai khasiat tertentu.Sehingga menyebabkan harga cula badak
sangat mahal.
Pemerintah telah membuat
undang-undang perburuan yang bertujuan untuk melindungi kelestarian hidup satwa
liar, misalnya berbagai macam burung, hewan-hewan menyusui, ikan, dan hewan
melata. Hewan-hewan tersebut tidak boleh ditangkap apalagi diperjual-belikan.
TAGIHAN
2
Adaptasi Organisme
A. Tujuan :
Mengamati cara-cara adaptasi hewan dan
tumbuhan
B. Alat dan Bahan : Buku acuan
biologi dan alat tulis
C. Waktu : 2 Jam
pelajaran
D. Cara Kerja
a. Bacalah buku acuan yang bawa dengan seksama !
b. Diskusikan dengan kelompok masing-masing !
c. Lengkapi tabel pengamatan,
dengan memberi tanda ( v ) pada kolom yang
sesuai !
E. Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
adaptasi morphologi, fisiologi dan tingkah
laku ?
2. Organisme manakah yang
mengalami adaptasi morphologi, berdasarkan pengamatan anda ?
3. Organisme
manakah yang mengalami adaptasi fisiologi, berdasarkan pengamatan anda ?
4. Organisme manakah yang
mengalami adaptasi tingkahlaku, berdasarkan pengamatan anda ?
5. Bagaimanakah
kesimpulanmu dari kegiatan ini ?