PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
A. Pengertian Pertumbuhan dan
Perkembangan
Pernahkah kalian mengamati biji kacang hijau yang berubah menjadi
kecambah ? Kecambah itu akan mengalami penambahan tinggi batang, pelebaran daun
dan perpanjangan akar, dan pada akhirnya akan mengalami perkembangbiakan. Dari
ilustrasi tadi kalian dapat mengajukan sebuah pertanyaan. Apakah biji yang
berubah menjadi kecambah tadi mengalami pertumbuhan ? Lalu apakah yang dimaksud
dengan pertumbuhan ?
Pertumbuhan
adalah suatu proses penambahan ukuran, volume yang disebabkan oleh adanya
penambahan substansi sel dan jumlah sel, yang tidak dapat kembali ke ukuran,
volume dan jumlah semula ( bersifat irreversibel
) serta dapat diukur dengan alat ukur dan memiliki satuan, dapat dinyatakan
dengan angka ( secara kuantitatif ).
Seiring dengan penembahan ukuran pada kecambah tadi, akan senantiasa dibarengi
dengan tingkat kematangan sel, sehingga nantinya mampu mengadakan
perkembangbiakan. Perubahan yang terjadi menuju kepada tingkat yang lebih
dewasa ( kearah yang lebih dewasa ) disebut dengan perkembangan.
Berbeda halnya dengan peristiwa
pertumbuhan, pada perkembangan tidak dapat diukur dengan alat ukur yang
memiliki satuan, tetapi hanya dapat dinyatakan secara kualitas ( bersifat kualitatif ). Seorang bayi
memiliki panjang 50 cm pada saat lahir akan mengalami pertumbuhan yang
dicirikan dengan bertambahnya tinggi badan. Semakin bertambah umur maka tingkat
kecerdasan dan kesiapan organnya juga akan semakin meningkat. Proses
perkembangan juga berlangsung, yang dicirikan dengan semakin bertambahnya
tingkat kematangan mental dan kesiapan organ reproduksi.
Pada tumbuhan buji, pertumbuhan
dimulai dari proses perkecambahan. Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan
pada tumbuhan dibedakan menjadi :
- Perkecambahan epigeal ; pada proses perkecambahan ini keping biji ( Kotiledon ) dan endosperm ikut naik ke atas permukaan tanah. Contoh : biji Kacang hijau, biji kakau.
- Perkecambahan hypogeal ; pada proses perkecambahan ini, kotiledon dan endosperm tetap berada di bawah tanah. Contoh : biji kacang tanah, biji jagung.
B. Macam-macam Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, diantaranya :
b.1 Berdasarkan titik
tumbuhnya
1. Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan primer terjadi akibat dari adanya
aktivitas meristem primer yang terdapat
di ujung batang ( meristem ujung/meristem
apeks ) dan di ujung akar. Akibat dari peristiwa ini maka batang tanaman
akan menjadi semakin tinggi. Pertumbuhan primer dapat diukur secara kuantitatif
dengan alat auksanometer.
Daerah pertumbuhan pada batang dan ujung akar tanaman dapat
dibedakan menjadi beberapa zona pertumbuhan :
a.
Zona pembelahan sel ; terdapat di bagian
ujung. Sel-sel di daerah ini aktif membelah dan sifatnya tetap meristematis.
b.
Zona pemanjangan sel ; terletak di
belakang daerah pembelahan, merupakan daerah yang semua selnya dapat membesar
dan memanjang.
c.
Zona diferensiasi ; merupakan daerah
yang sel-selnya berkembang menjadi sel yang memiliki struktur dan fungsi
khusus.
Gambar 01: Daerah pertumbuhan pada ujung akar
Sumber : Dedi M. Rochman dan Wawa Wibawa, (2005)
2. Pertumbuhan Sekunder
Pertumbuhan sekunder terjadi akibat dari
adanya aktivitas meristem sekunder yang berupa kambium tumbuhan. Pada tumbuhan
dikotil aktivitas kambium kearah luar akan membentuk jaringan floem dan ke arah
dalam membentuk jaringan xilem. Akibat dari aktivitas kambium ini, maka
diameter batang tanaman akan menjadi semakin besar.
Terdapat
perbedaan kecepatan pembelahan sel kambium pada waktu musim kemarau dengan
musim penghujan. Pada musim kemarau kecepatan aktivitas kambium lebih lambat
dibandingkan dengan waktu musim hujan. Adanyan perbedaan kecepatan pembelahan
ini menimbulkan suatu gambaran lingkaran pada batang tanaman. Untuk selanjutnya
lingkaran ini dapat digunakan untuk menentukan umur tanaman. Lingkaran itu
disebut dengan lingkaran tahun ( Annual
ring ).
Gambar 02. Lingkaran tahunan pada batang tanaman dikotil
C. Faktor – faktor
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan
dan perkembangan setiap mahluk hidup terjadi karena pengaruh berbagai faktor.
Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ada dua macam yaitu faktor dalam ( Internal factor ) yang terdiri dari gen,
hormon, dan faktor luar ( External factor
) yang terdiri dari ; makanan, air, cahaya, suhu, oksigen dan kelembaban. Kedua faktor ini akan saling berinteraksi
dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup.
1. Faktor Dalam ( Internal Faktor )
a. Hormon
Hormon tumbuhan atau fitohormon adalah senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian
tumbuhan kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan konsentrasi rendah
menyebabkan suatu dampak fisiologis. Beberapa hormon tumbuhan adalah ;
1. Auksin
Hormon ini ditemukan oleh
F.W. Went ( 1928-1928). Penemuan auksin juga sesuai dengan hasil penelitian
fototropisme yang dilakukan oleh Charles
Darwin dan anaknya Frances pada
tahun 1880. Dalam eksperimennya mereka menyinari koleoptil, yaitu struktur
pembungkus daun pertama pada ujung batang tanaman oat ( Avena sativa ). Pada pengamatan tersebut
Pada pengamatan tersebut mereka melihat
bahwa pertumbuhan pucuk batang menuju ke cahaya disebabkan oleh “suatu
pengaruh” yang dipancarkan dari ujung pucuk batang menuju ke daerah pertumbuhan
yang letaknya dibagian sebelah belakangnya
( di bagian sebelah bawahnya ). Oleh F.W Went istilah “suatu pengaruh”
tadi untuk selanjutnya disebut auksin.
Auksin merupakn hormone
pertumbuhan yang memacu perpanjangan sel, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Pengaruh-pengaruh yang
dimunculkan adalah sebagai berikut :
1.
Pembengkokan batang, penyebaran
auksin yang tidak mereta pada batang akan menyebabkan perpanjangan sel yang tidak
seimbang. Batang yang bengkok memungkinkan tumbuhan menyesuaikan diri dengan
baik terhadap lingkungan. Misalnya, pembengkokan batang memungkinkan kecambah
tumbuh menjauhi tanah, dan tumbuhan di tempat gelap akan tumbuh kea rah cahaya.
2. Merangsang perkembangan akar lateral dan
serabut meningkatkan penyerapan air dan mineral.
3. Merangsang pembelahan sel kambium vaskuler
sehingga menyebabkan pertumbuhan jaringan vaskuler sekunder.
4. Menyebabkan diferensiasi sel menjadi Xilem
hingga dapat meningkatkan transportasi mineral dan air.
5. Meningkatkan perkembangan bunga dan buah.
6.
Merangsang pemanjangan sel
batang.
7.
Mencegah terjadinya
diferensiasi sel di daerah meristem dan daerah pengguguran ( absisi ) sehingga mencegah rontoknya
daun, bunga dan buah.
8.
Pembentukkan buah partenokarpi, yaitu pembentukkah buah
tanpa didahului oleh proses pembuahan, dapat dihasilkan secara buatan dengan
cara memberi auksin pada putiknya.
9.
Menghambat pertumbuhan tunas
lateral, karena terhalang oleh tunas yang ada di ujung.
Hormon tumbuh auksin yang pertama
kali diisolasi adalah Indol Asam Asetat ( IAA) atau Indole Acetic Acid ( IAA ). Sebagian besar IAA merupakan hasil sekresi
organ tanaman yang disebut titik tumbuh termasuk di sini adalah ujung tunas,
daun muda, bunga dan buah. Selain itu, juga dihasilkan oleh sel-sel cambium dan
ujung-ujung akar.
Hasil sekresi tersebut kenudian
ditranslokasikan ke bagian-bagian lain. Bagian tanaman yang berbeda akan
menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap auksin. Auksin dengan konsentrasi
tinggi akan merangsang pertumbuhan batang, tetapi sebaliknya dengan konsentrasi
tersebut menghambat pertumbuhan pada jaringan akar.
Gejala lain yang tidak asing lagi
dan juga menunjukkan peranan IAA adalah dominansi apikal. Dominansi apikal
merupakan suatu pola pertumbuhan dengan gejala yang tampak, yaitu keberadaan
ujung tunas menghambat pertumbuhan meninggi kuncup ketiak.
IAA yang dihasilkan oleh meristem
apikal bergerak ke bawah melalui batang dan menghambat pertumbuhan kuncup
ketiak untuk menjadi daun. Dengan
memotong merintem apikal maka kuncup
ketiak akan mengalami perkembangan.
Penggunaan praktis preparat auksin
adalah sebagai berikut ;
1.
Auksin sintetik ( Asam Benzoat)
Biasanya
dibuat dilaboratorium dan sering disebut pengatur tumbuh. Meskipun secara
kimiawi berbeda, pengatur tumbuh mempunyai pengaruh sama dengan hormone tumbuh
auksin yang diproduksi oleh tumbuhan. Di dalam penggunaan yang lain, ternyata
auksin sintetik dapat dipergunakan untuk membunuh rumput liar, yaitu auksin
sintetik 2,4-D. Dengan konsentrasi dibawah 0,1 % sudah mampu membunuh rumput
liar yang tidak dikehendaki.
2. Indol dan Napthalen,
Napthalen Asam Asatet ( NAA) dan Indol Asam Propionat
(NAP) digunakan untuk membantu pembentukkan buah partenokarpi, juga digunakan
untuk merangsang pembentukkan akar. Betanaphtoxy Asam Asetat (BAA) disemprotkan
pada buah tomat yang ukurannya kecil sehingga buah tomat tumbuh menjadi sangat
besar.
- Phenoxy Acetic Acid ( PAA )
Asam Phenosi Asetat
digunakan untuk membunuh rumput liar yang tumbuh pada tannah yang
ditanami biji-bijian, tanaman cemara gunung ( Pinus ). Selain itu dapat juga
digunakan untuk menyimpan buah tomat agar tidak diserang jamur dan menghambat
agar buah tidak berjatuhan sebelum masak benar.
2. Geberelin
Giberelin pertama kali
ditemukan oleh F. Kurosawa pada tahun 1926. Ia mempelajari penyakit pada
tumbuhan padi. Sebelumnya pernah juga dilakukan penelitian dari Universitas
Tokio, Jepang pada tahun 1920 terhadap kerusakan tanaman padi yang ternyata
disebabkan oleh jamur Giberella ( Jamur Fisarium ). Pada tahun
1935-1938 jamur tersebut diekstrak dan diisolasi kemudian dikristalkan. Kristal
jamur itu disebut giberelin. Pada tahun 1954 ahli dari Inggris dan Amerika
dapat menemukan asam giberelin ( GA3) dari ekstrak jamur tersebut.
Hasil penelitian Barker dan Collin (
1968 ) menunjukkan bahwa GA3 lebih efektif dibandingkan auksin dalam
pembentukkan buah partenokarpi. Dalam berbagai tumbuhan dapat ditemukan
berbagai jenis giberelin yaitu GA1, GA3 ,GA4.
Geberelin mempunyai peranan sebagai berikut :
1. Mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel, sehingga batang bertambah panjang ukurannya. Jika tanaman kerdil diberikan geberelin
maka tanaman tersebut akan tumbuh dengan normal.
2. Berpengaruh terhadap partenokarpi dan
menghilangkan dormansi biji dan kuncup ketiak.
3. Mempengaruhi perkembangan embrio dan
kecambah. Dalam hal ini giberelin merangsang lapisan aleuron untuk mensintesis
enzim amilase yang dapat memecah tepung dalam endosperm tersebut menjadi
glukosa dan ini digunakan untuk pertumbuhan biji.
4.
Menghambat pembentukkan biji.
5.
Merangsang pembentukkan saluran
pollen.
6.
Memperbesar ukuran buah.
Dalam dunia perdagangan giberelin dihasilkan dari
kultur jamur yang akan digunakan untuk
pembentukkan buah secara pertenokarpi. GA3 ( asam geberelin ) juga
digunakan dalam industri minuman yaitu
untuk merangsang pembentukkan enzim X – amilase pada biji barly ( gandum ) yang
selanjutnya enzim ini akan bekerja lebih lanjut ( fermentasi ) sehingga
terbentuk minuman.
3.
Gas Etilen ( C2 H4 )
Gas
etilen ditemukan oleh R. Gane tahun 1934. Pada tahun 1930 di ketahui bahwa gas etilen mempercepat masaknya buah jeruk
dan juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada tahun 1934 buah apel yang menguning tampak
mengeluarkan gas etilen. Selanjutnya diketahui bahwa gas etilen berasal dari
semua buah yang masak dan dari organ yang mengalami luka.
Jika buah yang masih hijau ( sudah tua tapi belum masak ) diletakkan di suatu tempat yang tertutup,
misalnya kantung kertas, maka buah akan cepat masak. Hal ini disebabkan oleh
biuah tersebut mengeluarkan gas etilen
yang dapat mempercepat buah menjadi masak. Hormon ini merupakan hormone yang banyak
dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar bagi para pedagang
buah.
Etilen disintesis pada
kebanyakan tumbuhan. Etilen berasal dari etanol, sedangkan etanol terbentuk
dari respirasi anaerob. Umumnya gas etilen dikeluarkan dari permukaan tubuh,
akan tetapi dapat juga bdiangkat melalui pembuluh xilem dari akar menuju ke
ujung batang.
Selain untuk pemasakan buah, gas etilen juga berperan
untuk :
- Menambah ketebalan batang, sebagai akibat tekanan mekanik menimpa tubuhan yang bersangkutan, misalnya oleh angin. Dengan demikian batang tanaman menjadi kokoh.
- Jika berinteraksi dengan hormone pertumbuhan yang lain maka hormone ini akan menyebabkan rsespon yang karakteriastiknya sesuai dengan jenis hormonnya. Sebagai contoh ; jika gas etilen beriteraksi dengan auksin dapat memacu pembungaan pada mangga dan nenas. Kombinasi etilen dengan giberelin dapat mengatur tumbuhnya bunga jantan dan bungan betina.
Dalam dunia perdagangan gas
etilen ( Karbit ) digunakan untuk memeram buah agar cepat menguning. Misalnya
memeramkan buah pisang, mangga, dan yang lainnya., Peran karbit begitu mutlak.
Zat ethepton yang
diperdagangkan dapat melepaskan gas etilen pada tanaman. Prinsip ini digunakan
pada karet untuk merangsang pengeluaran getah karet ( lateks ).
4. Sitokinin
Sitokinin merupakan zat
tumbuh yang pertama kali ditemukan pada batang tumbuhan yaitu kinetin. Hormon
ini biasanya ditemukan pada jaringan yang membelah. Zeatin (ditemukan pada
jagung ) dan BAP ( 6-benzilamino purin ).
Seperti auksin dan
giberelin, sitokinin dapoat merangsang pembelahan sel dengan cepat. Apabila
dikombinasikan dengan auksin dan giberelin dapat membantu pembelahan sel di daerah
meristem sehingga akar dan batang tumbuh
dengan normal. Pada tumbuhan sitokinin dapat berfungsi
sebagai :
- Merangsang pembelahan sel ( sitokinesis )
- Merangsang pertumbuhan pada tunas dan kalus.
- Memperlambat proses pematangan ( Senescense ) daun, bunga, buah dan organ lainnya.
- Memperkecil terjadinya dominansi apical dan dapat menyebabkan pembesaran daun muda.
- Mengatur pembentukkan daun dan buah.
- Menunda pengguguran daun, bunga, dan buah dengan cara meningkatkan transport makanan ke organ tersebut.
Dalam dunia perdagangan
sitokinin digunakan untuk memperpanjang masa segar daun tanaman sayuran ( seperti kubis ) dan
juga menjaga agar bunga tetap segar.
5. Asam Absisat
Tidak semua hormone tumbuhan dapat memacu pertumbuhan.
Asam absisat merupakan hormone yang hamper selalu menghambat pertumbuhan baik
dalam bentuk mengurangi kecepatan pembelahan sel meupun menghentikan proses
tersebut bersama-sama.
Hormon ini bekerja apabila keadaan kurang
menguntungkan. Peranan dari hormone ini adalah sebagai berikut :
- Menunda peretumbuhan dengan memperpanjang masa dormansi.
- Merangsang penutupan mulut daun pada musim kering.
- Menghambat pembelahan dan pemanjangan sel.
- Membantu peluruhan / pengguguran daun pada musim kering.
Dalam dunia perdagangan asam absisat ( ABA ) dijual dan digunakan
untuk memanen buah-buahan. ABA
yang disemprotkan pada tanaman budidaya akan dapat mengatur waktu jatuhnya
buah, sehingga petani tidak perlu memetiknya selama musim panen.
6. Kalin
Kalin merupakn hormone
pertumbuhan yang merangsang pertumbuhan organ tanaman. Hormon ini dibedakan
atas :
- Rizokalin ; untuk merangsang pertumbuhan akar.
- Kaulokalin ; untuk merangsang pertumbuhan batang.
- Antokalin / florigen ; untuk merangsang pembentukkan bunga.
- Filokalin ; merangsang pertumbuhan daun.
7. Asam Traumatin
Asam traumatin dianggap sebagai hormone luka, karena
merangsang pembelahan sel di bagian tumbuhan yang maengalami luka, sehingga
bagian yang terluka akan tertutup. Hormon ini dihasilakan oleh batang tanaman
yang terluka. Kemampuan batang tanaman untuk memperbaiki bagian tubuh yangnya
yang luka / rusak disebut daya regenerasi atau daya restitusi.
2. Faktor Luar ( Eksternal factor )
a. Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi utama di muka bumi,
terutama untuk proses fotosintesis. Dengan demikian cahaya memberikan pengaruh
langsung pada ketersediaan makanan. Ketersediaan makanan akan mempengaruhi
pembelahan sel yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan. Jika tanaman tumbuh di tempat gelap akan kelihatan
kuning pucat. Hal itu disebabkan karena kekurangan klorofil. Jika terjadi
kekurangan klorofil maka akan terjadi
pengurangan hasil fotosintesis sehingga jaringan akanh mati. Batang lebih
panjang dan kurus serta tidak tumbuh normal.
Kadang-kadang meskipun
cahaya yang biasanya diterima oleh tumbuhan lebih sedikit dari jumlah cahaya
normal, tumbuhan masih dapat tumbuh dengan baik. Hal ini terjadi jika
transpirasi berjalan lebih lambat dari pada fotosintesis sehingga jaringan yang
sedang tumbuh menerima air lebih banyak dan proses pembuatan makanan tidak mengalami
hambatan, dengan demikian batang tumbuh dengan cepat dan daun melebar.
Pada tumbuhan yang sama, daun yang tidak terhalang dan
yang terlindung dari sinar matahari akan menunjukkan gejala yang berbeda. Yang tidak terlindung akan mengandung gula
lebih banyak dan sedikit mengandung air dibandingkan dengan yang terlindung.
Hal ini terjadi karena daun di tempat yang tidak terlindung melakukan respirasi
dan fotosintesis yang lebih cepat. Daun ini mempunyai sel palisade yang membentuk lapisan lebih dari satu lapis sel. Kutikulanya menebal, sehingga daun
menebal tetapi kecil / sempit. Daun di tempat terlindung barisi air lebih
banyak, tetapi makanan kurang / sedikit. Srl mesofil meningkat jumlahnya, sehingga
permukaan daun menjadi lebar.
FOTOPERIODISME
Panjang penyinaran mempunyai pengaruh khusus bagi
pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan. Respon tumbuhan terhadap panjang penyinaran yang bervariasi
disebut fotoperiodisme. Respon
fotoiperiodik pada tumbuhan meliputi dormansi, pembungaan, perkecambahan,
perkembangan batang dan akar. Respon ini dikendalikan oleh pigmen yang
mengabsorpsi cahaya yaitu fitikrom ( = phytochrom ).
Berdasarkan pengaruh perubahan panjang penyinaran
terhadap pebungaan tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan :
1.
Berhari pendek ( Short – day plant ) ;
akan berbungan diakhir musim panas / pada musim gugur yaitu jika panjang
peyinaran lebih pendek dari pada periode kritis. Contoh : Strawberi, dahlia,
dan aster.
2.
Berhari panjang ( Long – day plant ) ;
akan berbunga dimusim semi saat panjang
penyinaran lebih panjang dari pada periode kritis. Contoh : Gandum, kentang,
bayam.
3.
Netral
( Day – neutral plant ) ; pembungaan tidak
tergantung pada perubahan panjang
penyinaran. Contoh : Mawar, bungan matahari dan anyer.
b. Temperatur / suhu
Perubahan temperature
mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan. Siang hari yang panjang dan
siang hari yang pendek pada awal musim semi dan saat musim gugur rata-rata
lebih dingin dari pada siang hari di awal musim panas. Masing-masing tumbuhan
cendrung bereaksi terhadap perubahan temperature. Dalam hal ini termasuk
kemampuan melakukan fotosintesis, traslokasi, respirasi dan transpirasi. Jika
temperature terlalu rendah / terlalu tinggi, maka pertumbuhan tumbuhan
akan menjadi lambat / terhenti sama sekali.
Temperatur optimum merupakan
temperature yang paling ideal untuk pertumbuhan, dan ini bervariasi tergantung
pada spesiesnya. Sebagian besar tumbuhan memerlukan temperature sekitar 100
– 300 C untuk pertumbuhannya. Tumbuhan masih mampu bertahan dalam
waktu yang relative singkat jika temperature sekitarnya di atas / di bawah
optimum. Kematian akan dipercepat jika tumbuhan tersebut berada di tempat yang
tidak terlindung, dan juga bila temperature lingkungannya berada di atas / di
bawah temperature optimum.
c. Nutrien dan air
Tumbuhan mengambil nutrient
dari dalam tanah. Biasanya tumbuhan mengambil nutrient dalam bentuk ion dan
beberapa diambil dari udara. Pada dasarnya nutrient dibedakan menjadi dua yaitu
unsur makro (makro nutrient) dan
unsur mikro ( mikro nutrient ). Unsur
makro adalah unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak oleh
tumbuhan, seperti ; karbon ( C ), oksigen ( O ), fosfor ( P ), hidrogen ( H ),
kalium ( K ), nitrogen ( N ), sulfur
( S ), besi ( Fe ), kalsium ( Ca ), dan magnesium ( Mg ).
Unsur mikro adalah unsure-unsur yang diperlukan dalam
jumlah yang sedikit oleh tanaman namun harus ada dalam tanaman. Seperti ;
Mangan ( Mn ), boron ( B ), tembaga ( Cu ), klor ( Cl ), seng ( Zn ), dan
molybdenum ( Mo ).
Air sangat mutlak diperlukan
oleh tumbuhan. Tanpa air
tumbuhan tidak dapat hidup. Air dibutuhkan tumbuhan sebagai medium reaksi kimia
( reaksi enzimatis ). Sebagai pelarut
bagi kebanyakan reaksi dalam tumbuh tumbuhan , dan secara tidak langsung air
mempengaruhi laju reaksi metabolisme.
d. Kelembapan
Kelembapan pada batas-batas tertentu berpengaruh baik
terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Kelembapan udara mempengaruhi penguapan
air yang berhubungan dengan penyerapan air dan nutrient. Penguapan air akan
meningkat apabila kelembapan rendah, pada saat itu pula tumbuhan dapat menyerap
banyak nutrient. Keadaan ini dapat memacu pertumbuhan tanaman.
C. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Hewan
Pertumbuhan dan
perkembangan pada hewan meliputi dua fase utama yaitu 1) embrionik, dan 2) pasca
embrionik. Tahap-tahap pada fase embrionik meliputi : pembelahan dan
blastulasi, gastrulasi, morfogenesis, differensiasi dan spesialisasi jaringan,
imbas / induksi embrionik, dan organogenesis. Fase pasca embrionik meliputi dua hal yaitu
metamorphosis dan regenerasi.
1. Perkembangan Embrionik
a. Pembelahan dan Blastulasi
Jika sel telur dibuahi sperma, terbentukkah zigot.
Kemudian zigot membelah diri secara mitosis. Pembelahan berlangsung secara
terus-menerus hingga terbentuk bola sel yang
padat yang disebut morula,
yang kira-kira mempunyai ukuran sama dengan zigot. Morula berisi cairan dan membentuk cekungan yang disebut blastocoel. Pada beberapa hewan
blastocoel ini luas, dilingkupi oleh sel-sel hingga terbentuk bola yang
berlubang di bagian tengah. Bentuk semacam ini disebut balstula.
b. Gastrulasi
Proses lanjut setelah tahapan blastula adalah salah
satu sisi dinding blastula melekuk ke arah dalam ( invaginasi ) mendesak blastocoel sehingga bentukknya memanjang. Dengan demikian terbentuklah rongga baru
yang disebut usus primitive atau gastrocoel
/ arkenteron. Tahap ini disebut tahap
gastrula. Proses pembentukkan
gastrula disebut dengan gastrulasi.
Untuk sementara waktu gastrula ini terdiri dari dua
lapisan, sebelah luar disebut ektoderm
dan sebelah dalam disebut endoderm.
Sedangkan arkenteron berada di tengah blastopore
yang merupakan terbuka yang menuju arkenteron yang dipersipakan untuk menjadi
anus. Perkembangan berikutnya terjadi pembukaan pada sisi yang lain yang
nantinya akan menjadi mulut. Selama gastrulasi terus membentuk mesoderm.
c. Morfogenesis
Merupakan suatu proses perkembangan menuju
keperwujudan atau struktur suatu jaringan / organ selama perkembangan
embrio. Migrasi sel-sel gastrula merupakan pertanda awal terjadinya morfogenesis
embrionik, berarti terjadi perkembangan wujud. Selama perkembangan embrio,
dibentuk sel-sel baru dan terjadi pergerakan jaringan yang telah ada.
d. Diferensiasi dan
spesialisasi jaringan
Pada fase ini, sel mengalami diferensiasi dalam hal
struktur dan fungsi hingga embrio mempunyai jaringan-jaringan khusus. Proses ini dikendalikan oleh gen dan ini
tidak terlepas dari peranan unsur-unsur sitoplasmik.
e. Imbas embrionik
selain unsur-unsur pokok sitoplasmik yang menentukan
peranan gen dalam perkembangan embrio, juga ditentukan oleh faktor – faktor
dari luar sitoplasmik, berupa pengaruh sel tetangga dalam embrio tersebut
hingga satu bagian menyebabkan diferensiasi bagian yang berdekatan.
Sebagai contoh, mesoderm embrional mempunyai pengaruh
imbas pada ektoderm embrional sehingga menyebabkan difernsiasi ektoderm dan terbentuklah sel saraf. Perkembangan
mata, sebagian berasal dari ektoderm, sebagian lagi berasal dari mesoderm dan
bagian lain dari neural ektoderm yang
merupakan sistem saraf.
f. Organogenesis
Pembentukkan organ merupakan proses yang sangat
kompleks yang menyangkut dua jaringan atau lebih, dan berkembang dalam
keterkaitan yang erat antara satu dengan lainnya. Proses pembentukkan organ
pada hewan, baik yang berasal dari dua atau tiga lapisan embrional disebut organogenesis atau organogeny.
Seperti tampak pada gambar …dari lapisan ektoderm embrional
berkembang membentuk epidermis ( kulit luar ), sistem saraf dan organ sensoris.
Dari endoderm berkembang membentuk struktur kelenjar thyroid, thymus, pankreas,
liver, lapisan yang memlapisi dinding dalam saluran pencernaan, sistem
respirasi dan organ-organ lainnya. Dari mesoderm berkembang membentuk sebagian besar bagian dari tubuh seperti
otot, rangka tubuh, saluran sirkulasi, sistem ekskresi, dan sistem reproduksi. Organ-organ tersebut dibentuk dengan jalan
migrasi sel dengan melipat ( folding
) lembaran jaringan, dan dengan pertumbuhan ke dalam maupun ke luar yang
kompleks.
2. Perkembangan Pasca Embrionik
Selama hidupnya tumbuh-tumbuhan berkembang terus,
sedangkan pada sebagian besar hewan perkembangan membentuk struktur baru hanya
selama masa perkembangannya hingga menjadi dewasa. Setelah masa dewasa
tercapai, umumnya perkembangan terhenti. Ini berarti bahwa hewan mempunyai
wujud kasar bentuk dewasa saat dilahirkan atau menetas dari telur. Tumbuh-tumbuhan
dianggap dewasa apabila sudah berbunga, tanda dewasa pada hewan ditunjukkan
oleh prilaku pada masa kawin.
Secara umum ada dua macam perkembangan yang termasuk
kategori perkembangan pasca embrionok adalah metamorphosis dan regenerasi.
a. Metamorphosis
Pada beberapa hewan perubahan pasca embrionik
menyebabkan hewan tersebut membentuk larva sebelum tumbuh menjadi dewasa,
kemudian larva berkembang menjadi bentuk dewasa. Perubahan yang berlangsung
cepat yang terjadi selama masa transisi dari bentuk larva ke bentuk dewasa
dinamakan metamorphosis ( Meta = diantara, morpho = bentuk ).
Transpormasi metamorfik
dapat mengubah bentuk organisme menjadi
lebih besar. Pada beberapa hewan bentuk dewasa dan bentuk larva hamper tidak
ada kemiripan. Selama metamorphosis terjadi pengulangan proses yang terjadi
seperti halnya pada perkembangan embrionik hingga akhirnya larva berubah
menjadi bentuk dewasa. Pada beberapa serangga, seperti belalang dan kecoak ( insekta ) bentuk larva merupakan miniature
bentuk dewasa yaitu larva nimfa (
Nympha ). Fase larva pada kupu-kupu berupa ulat. Selanjutnya ulat membungkus
diri menjadi tidak aktif yang disebut pupa.
Macam-macam metamorphosis
1). Ametabola ( tidak mengalami metamorphosis )
Bentuk
nimpa kecil ukurannya, tetapi sama persis dengan imago.
Contoh : Kutu buku
2). Hemimetabola ( metamorphosis tidak sempurna )
Bentuk nimpa kecil ukurannya dan kurang lengkap bagian-bagiannya,
tetapi mirip dengan imago.
Contoh : Belalang dan kecoak
3). Holometabola
( Metamorphosis sempurna )
Bentuk dewasa sangat berbeda dengan bentuk imago
Contoh : Kupu-kupu dan nyamuk
b. Matagenesis
Metagenesis adalah pergiliran keturunan yaitu pergiliran daur hidup antara generasi
yang berkembang biak secara seksual dan generasi yang berkembang biak secara
aseksual. Dalam metagenesis tumbuhan berlangsung pergiliran keturunan antara
generasi sporofit ( yang menghasilkan spora ) dengan generasi gametofit ( yang
menghasilkan sel kelamin ). Metagenesis terjadi pada tumbuhan seperti misalnya
: tumbuhan lumut, tumbuhan paku, tumbuhan tingkat tinggi.
1. Metagenesis pada tumbuhan lumut
Gambar
bagan 01 : Bagan metagenesis tumbuhan
lumut
2. Metagenesis pada tumbuhan paku
Gambar
bagan 02 : Bagan metagenesis tumbuhan Paku
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusinfo yang menarik gan ...
BalasHapuskalau ada referensinya lebih bagus gan ...
http://fkh.ipb.ac.id/