1.1 Latar Belakang
WHO menetapkan
virus Corona sebagai sebuah pandemi. Istilah pandemi menurut KBBI dimaknai
sebagai wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi
yang luas. Saat ini virus Covid 19, (Covid-19 adalah singkatan dari Corona
Virus Disease 2019 yang berarti virus corona Covid-19 ini pertama kali muncul
di tahun 2019) sudah meluas menjangkiti hampir semua negara di dunia. Corona
virus adalah keluarga besar virus yang bisa menyebabkan penyakit, mulai dari
flu biasa hingga penyakit pernapasan paling parah, seperti Sindrom Pernapasan
Timur Tengah (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS). Sejak pertama
kali virus ini terdeteksi di Wuhan, China, pada Desember 2019, wabah ini telah
berkembang sangat cepat. WHO lalu melabeli wabah virus corona Covid-19 ini
sebagai pandemi global.
Gejala-gejala
COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa
pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit
tenggorokan atau diare, Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan
muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala
apa pun dan tetap merasa sehat. Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang
terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 6 orang
yang terjangkit COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas.
Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis yang
sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung atau
diabetes, punya kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius.
WHO melalui situs
resminya www.who.int menyebutkan beberapa cara untuk mengurangi risiko
terinfeksi atau menyebarkan COVID-19 dengan cara melakukan beberapa langkah
pencegahan:
1.
Seringlah mencuci tangan Anda dengan air bersih mengalir dan
sabun, atau cairan antiseptik berbahan dasar alkohol.
2.
Jaga jarak setidaknya 1meter dengan orang yang batuk-batuk
atau bersin-bersin.
3.
Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut.
4.
Pastikan Anda dan orang-orang di sekitar Anda mengikuti etika
batuk dan bersin
5.
Tetaplah tinggal di rumah jika merasa kurang sehat.
6.
Tetap ikuti informasi terbaru tentang hotspot-hotspot
COVID-19 hindari bepergian ke tempat-tempat tersebut.
Kesehatan lahir
dan batin siswa, guru, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah menjadi
pertimbangan utama dalam pelaksanaan kebijakan menjaga jarak agar rantai
penyebaran terputus dan merupakan salah satu pertimbangan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republilk Indonesia mengeluarkan Surat Edaran no. 4 tahun 2020.
Poin 2 dalam SE no.4 tahun 2020 menyebutkan bahwa:
a.
Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh
dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa,
tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan
kelas maupun keluiusan;
b.
Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan
hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19;
c.
Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat
bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk
mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah;
Bukti atau produk
aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan baiik yang bersifat kualitatif dan
berguna. Implikasi dari SE Mendikbud no.4/2020 membuat sekolah melakukan
pembelajaran dari rumah untuk para peserta didik, untuk bisa menghasilkan
pembelajaran bermakna sesuai point 2a maka guru harus memilih model
pembelajaran yang tepat agar menjadi pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran
dari rumah terus berlanjut sampai dengan 2 Mei 2020 yang merupakan hari
Pendidikan Nasional dimana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memberikan amanah
sebagai pembina pada kegiatan upacara memperingati Hari Pendidikan tersebut.
Dalam pidatonya Mendikbud menyebutkan pendidikan yang efektif membutuhkan
kolaborasi dari guru, siswa dan orangtua, beliau juga menyebutkan saat pandemi
Covid 19 ini adalah saat yang tepat untuk melakukan inovasi dan bereksperimen.
Dapat diambil kesimpulan bahwa beliau sudah menyebutkan pembelajaran yang tepat
dalam masa pandemi Covid 19 ini adalah suatu pembelajaran yang melakukan
kolaborasi, inovasi dan eksperimen. Selanjutnya Mendikbud juga memberikan 7
tips belajar dari rumah yang antara lain menyebutkan untuk membagi kelas dalam
kelompok kecil dan mencoba model/metode Project Based Learning karena
melatih siswa berkolaborasi, gotong royong dan empati.
Model pembelajaran
berbasis proyek atau Project Based Learning yang disebutkan oleh
Mendikbud adalah salah satu model pembelajaran yang membuat siswa aktif dan
mandiri dalam pembelajaran. Model pembelajaran berbasis proyek adalah model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah
dimiliki, melatih berbagai keterampilan berpikir, sikap, dan keterampilan
konkret. Sedangkan pada permasalahan kompleks, diperlukan pembelajaran melalui
investigasi, kolaborasi dan eksperimen dalam membuat suatu proyek, serta
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam pembelajaran. Dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis proyek diharapkan melatih kemandirian, kolaborasi
dan eksperimen didalam diri siswa atau peserta didik.
Bila kita mengacu
pada pandangan Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan bahwa seorang guru selalu
memberikan tuntunan yang optimal kepada peserta didik sesuai dengan kodrat alam
dan kodrat zamanya maka pernyataan ini berimplikasi kepada setiap guru
hendaknya senantiasa memberikan tuntunan
kepada setiap peserta didik sesuai bakat dan minatnya. Lebih lanjut Ki Hadjar
Dewantara menegaskan dan mengingat pada kita bahwa kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan-kekuatan
itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.
Dari konsepsi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Ki Hadjar Dewantara
ingin; a) menempatkan anak didik sebagai pusat pendidikan, b) memandang pendidikan sebagai suatu proses yang dengan
demikian bersifat dinamis, dan c) mengutamakan keseimbangan antar cipta, rasa,
dan karsa dalam diri anak.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini bila dikaitkan dengan alternative
pembelajaran dimasa pandemic yang dikemukakan oleh menteri pendidikan sangat
relevan dengan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) agar
sesuai dengan kodrat alam dan korat zaman anak.
1.2 Deskripsi Aksi Nyata
Sebelum dilaksanakan aksi nyata, maka penulis menyusun tahapan-tahapan
kegiatan antara lain :
1. Tahapan Persiapan
a.
Pembuatan desain
pembelajaran yang memuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
disetujui oleh Kepala Sekolah.
b.
Menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran berbasis
proyek dan peran orang tua dalam pembelajaran tersebut hal ini perlu
dilakukan untuk meyakinkan orang tua bahwa mereka tidak diharapkan menjadi guru
karena tidak semua orang tua bisa mendampingi full, sebagian orang tua masih
harus pergi bekerja dan melakukan pekerjaan dari rumah. Beri tahu orang tua
bahwa guru tetap akan membantu proyek yang dikerjakan siswa dengan terus
berkomunikasi dan tidak memberi mereka beban berlebihan. Orang tua juga perlu
diberitahu jenis teknologi yang guru gunakan dan yang mungkin digunakan oleh
anak-anak mereka. Untuk keluarga yang tidak memiliki akses ke teknologi atau
internet, beri pemahaman bahwa kegiatan memerlukan akses ke smartphone atau
ponsel pintar, perlengkapan alat-alat listrik yang mudah ditemukan di rumah
atau yang mudah diperoleh.
c.
Menjelaskan manfaat melakukan pembelajaran berbasis
proyek di rumah yaitu
membuat anak aktif dan tidak hanya terpaku pada lembar kerja atau layar
handphone. Proyek adalah cara yang bagus untuk membuat anak terlibat dalam
pembelajaran otentik dan membangun keterampilan yang bermanfaat. Guru juga
dapat menunjukkan bahwa proyek merupakan peluang yang baik bagi keluarga untuk
melakukan berbagai hal bersama dan sebaliknya proyek juga dapat membuat anak
mandiri.
d.
Menjelaskan cara mendukung anak-anak mereka yaitu dengan
memberikan pemahaman kepada orangtua bahwa setiap anak mempunyai gaya yang
berbeda dalam belajar, beberapa tips bisa diberikan untuk mempermudah orangtua
dalam mendampingi anaknya belajar di rumah yaitu temukan area dan atur untuk
mengerjakan tugas sekolah, meskipun itu sudut ruangan. Selanjutnya biarkan anak
melatih keterampilan presentasi mereka dan mengajukan pertanyaan serta
mendapatkan umpan balik dengan cara bekerja sama dengan siswa lain menggunakan
aplikasi teleconference ataupun dengan bertanya orang lain yang lebih tua. Tips
ketiga adalah membuat jadwal harian dan mingguan, dan mematuhi tenggat waktu
sebagai bagian dari keterampilan manajemen diri
2. Tahapan pelaksanaan
Pelaksanaan
pembelajaran berbasis proyek di masa pandemi Covid 19 dilakukan menggunakan
dengan memilih media yang tepat karena pembelajaran tidak dilakukan secara
tatap muka tapi dilakukan menggunakan metode pembelajaran jarak jauh.
Pelaksanaan pembelajaran dari rumah yang merupakan pembelajaran jarak jauh
menekankan pada konsep pembelajaran dengan menggunakan suatu media yang
memungkinkan terjadi interaksi antara pengajar dan pembelajar, dengan tidak
menimbulkan beban baru karena kondisi pembelajaran yang terjadi adalah bukan
kondisi normal. Maka perlu ada media yang mendukung pembelajaran jarak jauh
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Media yang dipilih haruslah
media yang dikenal umum, mudah digunakan, menjembatani komunikasi gurudan
siswa, dan free/tidak berbayar selain tentu saja mempertimbangkan kondisi dan
lokasi guru, siswa dan orangtua (susah sinyal, ekonomi dan tingkat pemahaman
terhadap teknologi). Media dengan kriteria tersebut dipilih karena pembelajaran
berbasis proyek merupakan pembelajaran pembelajaran konstruktif yang berpotensi
memberdayakan kemampuan kognisi tingkat tinggi. Dalam artikelnya, Irham
Ramadhani dan Motlan mengutip pernyataan dari Mansoor dan Moss (1997) yang
berpendapat bahwa Project Based Learning adalah pendekatan kolaboratif
untuk belajar dan mengajar yang menempatkan peserta didik dalam situasi di mana
mereka menggunakan bahasa otentik untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai
bagian dari proses, siswa merencanakan proyek, bekerja dalam tugas yang
kompleks, dan menilai kinerja dan kemajuan mereka. Sebuah proyek dirancang di
sekitar isu-isu, pertanyaan atau kebutuhan yang diidentifikasi oleh peserta
didik. Sebagai model pembelajaran, pembelajaran berbasis proyek mempunyai
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini
sebagai langkah awal agar siswa mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang
muncul dari fenomena yang ada.
2.
Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab
pertanyaan yang ada, disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui
percobaan.
3.
Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek.
Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang
tersedia dan sesuai dengan target.
4.
Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Siswa mengevaluasi
proyek yang sedang dikerjakan.
5.
Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian
dihubungkan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
6.
Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk
mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata
pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.
1.3 Hasil Aksi Nyata
Hasil
yang diperoleh selama menjalankan aksi nyata ini adalah:
a.
Guru
mengembangkan inovasi pembelajaran yang berpihak pada murid (student centered).
Sebagai tujuan merdeka belajar guru menelaah respon dari diagnosis non-kognitif
awal pada google form. Peserta didik menyatakan tidak suka jika diberi
tugas-tugas yang hanya menjawab soal terus. Hal tersebut menimbuklan kebosanan.
Beranjak dari hal tersebut, keberpihakan yang dimaksud adalah mengubah
instruksi menjadi kesepakatan-kesepakatan berdasarkan gaya belajar yang
diinginkan peserta didik. Penekanan merdeka belajar pada kesanggupan
menyelesaikan tugas proyek atas keinginan anak, kesanggupan untuk melibatkan
orang tua sebagai sumber belajar dirumah, inovasi karya berdasarkan potensi
yang dimiliki, dan kebebasan berpendapat saat mempresentasikan hasil karya
dalam vicon.
b.
Respon
siswa terkait usaha guru menciptakan merdeka belajar melalui penugasan Project
sangatlah positif. Peserta didik sangat antusias mengikuti kegitan pembuatan
proyek berupa membuat rangkaian listrik sederhana dengan menggunakan bahan dan
barang bekas sehingga para murid dapat merasa senang dan bebas mengeluarkan
ide-ide kreatif mereka dan menghilangkan anggapan bahwa pembelajaran IPA menakutkan melainkan menyenangkan.
c.
Selain
Respon siswa di atas, hasil lain adalah produk rangkaian listrik sederhana dan
video/foto pembuatannya, serta suasana murid saat bekerja berkelompok
1.4 Refleksi Aksi Nyata
Hal baik yang di
dapat dari aksi nyata merdeka belajar berbasis Tri Hita Karana tersebut adalah
perlahan mengubah mind set penulis tentang pola pengajaran guru. Jika awalnya
penulis selalu memberikan tugas melalui instruksi sekarang lebih diupayakan
memberikan tuntunan tanpa melepaskan. Kesepakatan di awal pembelajaran
diperlukan untuk menggali potensi peserta didik. Dari tuntunan tersebut akan
tercipta kreativitas peserta didik sesuai potensi yang dimilikinya. Tugas
pendidik menuntun secara relevan dan kontekstual mewujudkan murid merdeka
sesuai kodratnya sendiri. Hal tersebut menciptakan kesenangan (neng),
keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung) bagi peserta didik
dalam menanamkan budhi dan pekerti. Kendala yang dialami, yaitu sulitnya
menuntun peserta didik dalam kondisi belajar daring. Solusi yang dilakukan,
yaitu karena tidak dapat bertatap muka secara langsung, pendidik harus ekstra
sabar dalam memberikan tuntunan. Kendala dalam pelaksanaan belajar dari rumah
diikhlaskan untuk tujuan menghamba pada murid di tengah pandemi.
1.5 Rencana Perbaikan di Masa Mendatang
Kedepannya penulis akan menularkan hal-hal
baik yang sudah dilakukan terkait penerapan merdeka belajar kepada rekan-rekan
guru di sekolah. Secara berkala pada waktu rapat, seluruh guru diajak untuk
melakukan refleksi tentang praktik baiknya dalam mengajar. Sehingga dari
refleksi tersebut akan muncul keberhasilan dan kelemahan yang perlu diperbaiki.
Keberhasilan yang dialami guru akan menjadi kekuatan bagi sekolah untuk
meningkatkan layanannya kepada peserta didik.
1.6 Dokumentasi Kegiatan
Gambar
01. Google form untuk mengetahui respon dari diagnosis non-kognitif awal
Gambar
02. Siswa lebih senang belajar bila diberikan materi terlebih dahulu
Gambar
03. Pernyataan awal siswa terkait dengan pemberian tugas proyek
Gambar
04. Siswa lebih senang merancang sendiri proyek yang dibuat
Gambar
05. Siswa sedang mengerjakan proyek rangkaian listrik