Rabu, 28 Oktober 2020

Rancangan Aksi Nyata

 

Rancangan Tindakan untuk Aksi Nyata

 

Judul Modul    : Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara

Nama Peserta  : I Gede Joniarta, S.Pd.,M.Pd




  

Selasa, 27 Oktober 2020

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


 

Nama CGP          : I GEDE JONIARTA, S.PD.,M.Pd

Instansi                : SMP Negeri 3 Petang

Kabupaten          : Badung

Provinsi              : Bali

Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?

Saya percaya bahwa guru adalah sebuah peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Sebagian besar guru dalam memberikan pelajaran pada waktu saya dibangku Sekolah Dasar sampai pada sekolah menengah atas lebih menerapkan sikap otoriter dalam pembelajaran di kelas. Bahkan ketika saya mulai mengajar gaya itu pun agak menempel pada diri saya. Karena menurut saya sikap otoriter akan lebih baik diterapkan dibanding menggunakan metode – metode pembelajaran lain. Pembelajaran dengan sikap Otoriter akan menunjukkan beberapa ciri sebagai berikut:

a.       Berorientasi pada tugas, dalam artian petunjuk atau bimbingan yang diberikan kepada siswa berupa tugas semata, tanpa memperhatikan hubungan manusiawi antara guru dan siswanya.

b.      Inisiatif atau pendapat siswa jarang diperhatikan.

c.       Kurang percaya terhadap kemampuan siswa.

d.      Merasa paling benar dan selalu benar.

Dan apabila sikap-sikap Otoriter yang diterapkan seorang guru dalam mengelola pembelajaran terus dipertahankan maka akan  membawa pengaruh yang kurang positif bagi para siswa diantaranya :

1.       Siswa menjadi pasif dan mati inisiatifnya, yang pada akhirnya mengurangi ketertarikan siswa untuk belajar.

2.       Siswa menjadi kurang mandiri dalam proses pembelajaran, karena selalu menunggu petunjuk dan arahan dari guru.

3.       Kepatuhan dan kedisiplinan siswa bersifat semu hanya terjadi jika guru berada didalam kelas atau disekitar para siswa.

Pengaruh-pengaruh seperti ini tentunya bukanlah hal yang baik dalam proses pembelajaran disekolah. Seorang guru hendaknya bersikap menuntun siswa. Dan mengelola kelas dengan baik secara demokratis. Bukannya menempatkan siswanya seperti robot yang digerakkan sesuai dengan kemauan guru. karena perlakuan yang demokratis jauh lebih memperhatikan hubungan dan interaksi antara siswa dan guru, sudah sepatutnya pola ini dikembangkan dalam sikap kegiatan pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus terus belajar dalam mengembangkan SDM mereka masing-masing. Salah satu cara untuk mengembangkan SDM adalah mengikuti program pemerintah yaitu program ‘Guru Penggerak’. Dalam program peningkatan SDM ini khususnya pada modul 1.1 yang tersedia di portal LMS Guru Penggerak yang mana pembelajarannya menfokuskan pada konsep Pendidikan berdasarkan Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”

PEMIKIRAN FILOSOFIS KI HAJAR DEWANTARA

1. TRIKON

 

Kontinyu dengan alam masyarakat Indonesia sendiri. Artinya, secara kontinyu kebudayaan harus diestafetkan atau diberikan kepada generasi penerus secara terus-menerus. Kemudian konvergen dengan budaya luar. Artinya, penerima nilai-nilai budaya dari luar dengan selektif dan adaptif dan akhirnya bersatu dengan alam universal, dalam persatuan yang konsentris yaitu bersatu namun tetap mempunyai kepribadian sendiri.

 

2. NGERTI, NGROSO LAN NGLAKONI

 

Model pembelajaran ini dimaksudkan supaya anak tidak hanya dididik intelektualnya saja (cognitive), istilah Ki Hadjar Dewantara 'ngerti', melainkan harus ada keseimbangan dengan ngroso (affective) serta nglakoni (psychomotoric). Dengan demikian diharapkan setelah anak menjalani proses belajar mengajar dapat mengerti dengan akalnya, memahami dengan perasaannya, dan dapat menjalankan atau melaksanakan pengetahuan yang sudah didapat dalam kehidupan masyarakat.

 

3. SISTEM AMONG

 

Pendidikan tidak menghendaki “paksaan-paksaan”, melainkan pendidikan harus member “tuntutan” bagi hidup anak-anak agar dapat berkembang dengan subur dan selamat, baik lahir maupun batinnya. Sistem among melarang adanya hukuman dan paksaan kepada anak didikkarena akan mematikan jiwa merdekanya, mematikan kreativitsnya.

 

4. ING NGARSO SUNTOLODO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI

 

(Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan Artinya, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar.

 

5. MENUNTUN

 

Kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatankekuatan itu, agar dapatmemperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu. Dari konsepsi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Ki Hadjar Dewantara ingin;

a. menempatkan anak didik sebagai pusat pendidikan,

b. memandang pendidikan sebagai suatu proses yang dengan demikian bersifat dinamis,

c. mengutamakan keseimbangan antar cipta, rasa, dan karsa dalam diri anak

 

6. TRI PUSAT PENDIDIKAN

 

Tiga pusat pendidikan yang memiliki peranan besar.dalam perkembangan anak yaitu;

1. Pendidikan di lingkungan keluarga,

2. Pendidikan di lingkungan perguruan, dan

3. Pendidikan di lingkungan kemasyarakatan.

 

Menurut Ki Hajar Dewantara terdapat koneksi dua hal yang tidak terpisahkan antara pendidikan dan kebudayaan. Untuk mencapai kebudayaan yang kita mimpikan dan peradaban bangsa yang kita citacitakan, fondasi utama adalah pendidikan. Pendidikan adalah tempat bersemayam benih- benih kebudayaan. Inilah Keinginan yang kuat dari Ki Hajar Dewantara untuk generasi bangsa ini dan mengingatkan kita betapa pentingnya guru yang memiliki kelimpahan mentalitas, moralitas dan spiritualitas. Kegiatan yang akan dilakukan agar proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD dapat terwujud adalah menerapkan Merdeka belajar yang berorientasi pada siswa atau peserta didik melalui pendekatan pendidikan yang holistik. pendidikan holistik adalah pendidikan untuk membangun tumbuh kembang peserta didik dengan

mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri peserta didik secara seimbang, meliputi intelektual, emosi, fisik, sosial, seni dan potensi spiritualnya seiring sejalan dalam sebuah harmoni. Dari konsep pemikiran KHD tersebut, sebagai Implementasi Pembelajaran Budaya Lokal sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang sudah perlu diterapkan antara lain; penanaman nilai karakter seperti sebelum pembelajaran dimulai, kelas harus dibuat nyaman dengan penataan kelas yang menyenangkan dan bebas dari sampah serta merespon keinginan siswa belajar di kelas

terbuka.

Dengan demikian, Implementasi Pembelajaran dan proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah proses pembelajaran yang dilakukan bukan saja semata-mata agar anak bisa bersekolah, ujian hasilnya baik dan lain-lain tetapi juga suatu proses pembelajaran dan pekerjaan yang menjadikan anak bangsa menjemput peradaban itu yaitu perpaduan antara value substantif yang terkandung dalam nilai pendidikan dan kebudayaan.

 

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini? 

Sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidik adalah seorang teladan bagi peserta didiknya maka pendidik benar-benar orang yang pantas diteladani. Istilah menjadi teladan menunjukkan bahwa seorang pendidik adalah model yang ideal untuk ditiru oleh peserta didiknya dalam hal perkataan dan perbuatan sehari-hari. Ringkasnya, praksis kehidupan pendidik memancarkan wibawa kejujuran, kesahajaan, kecerdasan, yang selalu membangkitkan semangat dan kesadaran para muridnya untuk melakukan hal yang senada. Pengaruh yang tampak dalam praksis pendidikan adalah bahwa kehadiran pendidik selain menentramkan perasaan, juga membangkitkan semangat belajar peserta didik sehingga mereka giat belajar menimba ilmu pengetahuan dan rajin ke sekolah. Kecuali itu, pendidik dipahami juga sebagai seseorang yang memiliki integritas moral. Praksis hidupnya, di sekolah dan di dalam masyarakat, memiliki kekuatan dalam mempengaruhi orang lain ke arah kebaikan dan kesahajaan. Sementara dalam aktivitas pengajarannya di sekolah, ia menciptakan dan memberikan peluang seoptimal mungkin bagi pengembangan potensi-potensi peserta didiknya. Dengan demikian, para murid yang berada di bawah asuhannya tidak menjadi robot-robot yang pandai meniru saja, tapi sebaliknya mereka menjadi semakin kritis dalam menakar segala fenomena kehidupan dan kreatif dalam mencari dan menyusun strategi untuk mengatasi setiap persoalan yang mendera kemanusiaan. Ringkas kata, guru adalah, meminjam istilah Ki Hadjar Dewantara, “pengasuh”, yang dalam praksisnya selalu menumbuhkan kesadaran moral dalam diri peserta didiknya untuk mengusahakan dirinya tetap dalam pilihan menjadi pribadi yang dewasa dalam setiap situasi kehidupan

Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?  

Menerapkan idealisme guru untuk tetap pada prinsip mendidik anak dengan baik dan tidak terpengaruh dengan keadaan jaman.  Menerapkan pendidikan yang menekankan peran guru sebagai pendamping dengan cara memotivasi perkembangan dan bakat mereka (anak didik), membangun suasana kelas yang aktif sehingga anak-anak menjadi kreatif dan bebas mengemuka-kan pendapat serta terarah. Menekankan bahwa pendidikan saat ini bukan hanya pada otak dan kepintaran semata melainkan adanya pengaruh lain, yaitu “emotional” dimana kepribadian dan jiwa anak sangat mendukung keberhasilan. Karena itu, guru harus memahami dan mengerti kejiwaan dan psikologi anak serta tidak dapat memaksakan anak untuk terus belajar.

Pendidik harus selalu berusaha menjadi teladan bagi peserta didiknya dan memberi nasihat menuju perilaku yang lebih baik. Para pendidik harus bersih (tidak cacat moral dan hukum), dan mampu memberi contoh yang baik dalam perkataan dan tindakan nyata. Selain itu, mereka juga harus memiliki kesadaran untuk mengabdi dan memberikan jasanya pada dunia pendidikan (menjadi pahlawan tanpa tanda jasa). Para pendidik harusnya lebih memperhatikan anak didiknya dan harus menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya: bersikap ramah, tegas, jujur, adil dalam “mengasuh” anak didiknya.