Sabtu, 21 November 2020

ELABORASI PARADIGMA INKUIRI APRESIATIF DALAM KONTEK PERUBAHAN DI SEKOLAH MENUJU MURID MERDEKA BELAJAR

 

ELABORASI PARADIGMA INKUIRI APRESIATIF DALAM KONTEK PERUBAHAN DI SEKOLAH MENUJU MURID MERDEKA BELAJAR

Oleh :

I GEDE JONIARTA_CGP KAB. BADUNG

 

Sekolah idaman adalah sekolah yang mampu memberikan rasa aman, nyaman dan bermakna bagi murid. Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia melawan arus naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat manusiawi. 

Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat gradual. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, guru penggerak hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di bawah pengaruhnya untuk menjalani proses bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah. Oleh karena itulah informasi tentang BAGJA sangat perlu dipahami terlebih dahulu.

Untuk dapat menerapkan paradigma BAGJA ini maka seorang guru penggerak harus mengetahui informasi penting terkait dengan budaya dan ekosistem sekolah yang sudah berlangsung dan perlu dipertahankan dan dikembangkan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif. Pendekatan ini menggunakan prisip-prinsip psikologi positif dan pendidikan positif. Artinya bahwa hal-hal positif yang ada dalam sistem pendidikan diidentifikasi dan ditindaklanjuti untuk melangkah ke hal positif atau perubahan yang lebih baik. Hal positif itu merupakan sebuah kekuatan yang dijalankan dalam suasana positif dan apresiatif. 

Ada lima langkah utama dalam pendekatan Inkuri Apresiatif yang dibuat akronim dalam bentuk BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi). BAGJA sendiri artinya dalam bahasa Sunda adalah bahagia. Langkah pertama dalam BAGJA adalah membuat pertanyaan. Satu pertanyaan utama yang kita buat adalah arah penentu penelusuran, penyelidikan, penelitian terkait perubahan yang kita inginkan. Setelah pertanyaan utama disepakati maka langkah berikutnya adalah Ambil pelajaran ini. Bagian ini akan menuntun kita mengambil pelajaran dari pengalaman positif individu, kelompok baik dala unsur yang berbeda maupun sama. tahapan berikutnya adalah Gali mimpi bersama. Komunitas akan menggalai suatu keadaan ideal yang diinginkan yang akan dibuat dalam bentuk narasi. setelah tahap ini, anggota komunitas akan menjabarkan rencana-rencana untuk mencapai gambaran yang diinginkan agar lebih kongkrit. Selanjutnya adalah tahap Atur eksekusi. Tahap ini menggambarkan transpormasi rencana menjadi nyata. Oleh karena itu diperlukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu memutuskan peran dan kesepakatan-kesepakatan pelaksanaan seperti pihak-pihak yang terlibat, dalam proses mengkomunikasi, monitoring dan evaluasinya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, dalam pembelajaran hendaknya para pendidik harus selalu memperhatikan  kodrat alam dan kodrat zaman muridnya. Kodrat alam  itu sendiri mengandung arti bahwa manusia adalah  bagian dari alam dan tunduk terhadap hukum alam. Dalam pembelajaran para pendidik haruslah menyadari hal ini. Bahwa setiap anak yang ada di kelas adalah unik dan memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Pendidik hanya hanya dapat menuntunya sesuai dengan pernytaan pernyataan Beliau bahwa: “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”.

Kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu. Dari konsepsi tersebut dapat diambil jabarkan bahwa dalam pendidikan guru haruslah : a) menempatkan anak didik sebagai pusat pendidikan, b) memandang pendidikan sebagai suatu proses yang dengan demikian bersifat dinamis, dan c) mengutamakan keseimbangan antar cipta, rasa, dan karsa dalam diri anak.

Pendidikan adalah tempat bersemayam benih- benih kebudayaan. Inilah Keinginan yang kuat dari Ki Hajar Dewantara untuk generasi bangsa ini dan mengingatkan kita betapa pentingnya guru yang memiliki kelimpahan mentalitas, moralitas dan spiritualitas. Kegiatan yang akan dilakukan agar proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD dapat terwujud adalah menerapkan Merdeka belajar yang berorientasi pada siswa atau peserta didik melalui pendekatan pendidikan yang holistik. Pendidikan holistik adalah pendidikan untuk membangun tumbuh kembang peserta didik dengan mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri peserta didik secara seimbang, meliputi intelektual, emosi, fisik, sosial, seni dan potensi spiritualnya seiring sejalan dalam sebuah harmoni. Dari konsep pemikiran KHD tersebut, sebagai Implementasi Pembelajaran Budaya Lokal sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang sudah perlu diterapkan antara lain; penanaman nilai karakter seperti sebelum pembelajaran dimulai, kelas harus dibuat nyaman dengan penataan kelas yang menyenangkan dan bebas dari sampah serta merespon keinginan siswa belajar di kelas terbuka.

Dengan demikian, Implementasi Pembelajaran dan proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah proses pembelajaran yang dilakukan bukan saja semata-mata agar anak bisa bersekolah, ujian hasilnya baik dan lain-lain tetapi juga suatu proses pembelajaran dan pekerjaan yang menjadikan anak bangsa menjemput peradaban itu yaitu perpaduan antara value substantif yang terkandung dalam nilai pendidikan dan kebudayaan. Dan bagian yang berperan dari paradigma Inkuiri Apresiatif yang berkaitan dengan dua pernyataan KHD adalah bagian Ambil pelajaran. Dalam bagian ini, pelajaran yang bisa diambil adalah bahwa kodrat alam dari anak akan menjadikan anak itu sebagai anak yang UNIK. Selanjutnya bagian Gali Mimpi. Ini adalah bagian dimana seorang guru akan membawa anak-anaknya ke suatu tujuan. Diikuti denga bagian Jabarkan Rencana dan Atur Eksekusi. Melalui proses inilah kita selaku pendidik dapat mewujudkan dua poin dari KHD menuju murid merdeka belajar.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar